Suku Baduy Ditengah Era Modern

Suku Baduy Ditengah Era Modern

Suku Baduy adalah kelompok masyarakat dengan adat sunda yang ada di wilayah kabupaten Lebak, Banten. Dikenal dengan sebutan Baduy ternyata nama tersebut di berikan oleh penduduk luar (peneliti asal Belanda) kepada kelompak masyarakat tersebut, para peneliti mengganggap mereka berasal dari Arab Badawi yang hidup berpindah pindah dan menetap di sekitar Sungai Baduy dan Gunung Baduy sehingga mereka di beri sebutan suku Baduy. secara pribadi suku ini lebih menyebut diri mereke dengan sebutan urang Kanekes atau orang Kanekes sesuai dengan nama wilayah mereka yaitu Urang Cibeo.

Ada beberapa hal menarik tentang Suku Baduy yang belum kita ketahui :

1. Deterjen salah satu hal yang di tolak
Jika anda berkunjung ke pemukiman suku baduy maka ada baiknya peralatan mandi anda tidak ikut di bawa bersama dengan anda karena suku baduy di kenal sangat mengharhai alam dan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia seperti perlengkapan mandi sabun shampoo atau pun pasta gigi. sebagai mengganti sabun mandi biasaya suku baduy memanfaatkan batang pohon honje sebagai sabun dan sabut kelapa untuk sikat gigi dan untuk mencuci mereke hanya menggosok nya ke batu sunggai dan membilasnya dengan air. Jika kita bandingkan dengan masyarakat zaman sekarang ini yang sudah sangat modern dan tidak peduli lingkungan maka suku baduy masih tergolong ramah lingkungan.

2. Sebelum memasuki rumah di wajibkan mencuci kaki
Pada umumnya rumah penduduk suku baduy terbuat dari bambu yang diambil dari alam di sekitarnya. sudah jadi kebiasaan turun temurun suku baduy untuk tidak memakai alas kaki kemanapun mereka pergi dan ketika akan memasuki rumah diwajibkan mencuci kaki terlebih dahulu. cara mencucinya juga cukup unik yaitu memakai wadah dari bambu yang di beri nama sesuai dengan nama pemilik rumahnya.setelah mencuci kaki maka di haruskan mengelap kaki dengan kain berwarna biru kehitaman.

3. mie instan adalah santapan yang di gemari
Selain makanan dari alam ternyata di pemukiman suku Baduy tersedia mie instan dan sangat di gemari oleh masyarakat di sini. makan malam di temeni dengan pisang rebus dan mie instan cukup membuat masyarakat suku baduy makan dengan lahap.

4. Mereka adalah pejalan sejati
seorang sesepuh baduy pernah bersosialisasi dengan dunia luar dengan cara berjalan kaki selama 5 hari menuju ke kota bandung. beliau lancar berbahasa indonesia dan mengaku kaget dengan suasana di luar sana. menurutnya semua yang ada di luar terkesan begitu cepat dan terburu buru dengan waktu. hal tersebut tentu saja di rasanya begitu tidak baik mengingat di pemukimannya sendiri masyarakat masih terkesan primitif dan berjalan kaki masih merupakan kebiasaan masyarakatnya.

5. Mereka tahu cara menghormati pemimpin
Pu’un adalah sebutan bagi kepala suku di pemukiman suku Baduy, biasanya kepala suku memiliki kelebihan diantaranya dapat menentukan kapan masa tanam dan masa panen dengan penerawangannya dan juga bisa menyembuhkan masyarakat yang sakit. pu’un tidak bisa di jumpai secara sembarangan, pasalnya kita harus memiliki keperluan untuk bisa bertemu langsung dengan pu’un misalnya untuk keperluan mancari jodoh, pekerjaan atau pun sedang dalam kondisi sakit. larangan merokok juga di berlakukan saat akan bertemu dengan pu’un.

6. Siti Nurbaya di Baduy
Pernikahan yang terjadi di pemukiman suku baduy semua nya adalah hasil perjodohan. suku baduy harus tetap menghormati dan menjalani perjodohan yang sudah di sepakati suka atau tidak suka dengan pasangan hasil perjodohan. mereka percaya dengan perjodohan maka perselisihan dalam rumah tangga bisa di hindarkan karena mereka yang di jodohkan bisa menerima kekurangan dan kelebihan masing masing pasangannya.

 

Entri ini ditulis dalam Tak Berkategori oleh admin. Buat penanda ke permalink.